Newest Post
// Posted by :atsuko's world
// On :Sunday, October 4, 2015
Nakahara merasakan dingin. Dia
memang selalu merasa dingin. mungkin ini sudah malam, pikir Nakahara. Nakahara
mengubah posisinya hingga terdengar bunyi gemerincing rantai yang melingkar di
kakinya. Didengarkannya baik-baik suara di atas sana. suara burung hantu yang
mungkin sedang mencari makan.
"Ah ini
sudah malam." gumam Nakahara, kemudian membuat sebuah garis lurus di
tembok menandakan satu hari lagi yang terlewati.
Nakahara sudah nyaris buta, dia
sudah tidak dapat melihat lagi karena cidera yang dialaminya. Dia juga nyaris
kehilangan suaranya dan tidak sanggup lagi berteriak. Bahkan saat dia dipukul dengan batu, besi ataupun yang lainnya. Nakahara
tetap tidak mampu berteriak.selama dua tahun terakhir, Nakahara menghabiskan
hidupnya di ruang bawah tanah. walau hari-hari yang dia jalanan tidak bisa
dikatakan sebagai hidup.
Setiap hari dia harus menghadapi
terror terbesar. Penculiknya. Seperti halnya spikopat, penculik itu sangat
menikmati saat dia memukul Nakahara. Dia memukul kepalanya, mematahkan
kaki,tangan dan jari-jarinya.Tidak peduli seberapa banyak Nakahara memohon,
namun penculik itu tidak pernah mendengarkan. dia terus saja tertawa dan terus
memukul Nakahara.
Tapi penculik itu tidak memukulnya
hingga mati. ah, mungkin akan lebih baik jika Nakahara mati. tapi kenyataan
memang kejam. Penculik itu menghajarnya, kemudian menyembuhkannya agar dapat
lebih banyak menghajarnya, dan lingkaran maut itu terus terulang.
he beat me and then heal me, so he can beat me more...
Tapi malam ini akan berbeda.
setelah sekian lama, akhirnya Nakahara berhasil menyembunyikan besi berkarat
yang biasa di pakai penculik itu untuk memukulnya.Nakahara berniat untuk
mengahiri semuanya. dia sudah lelah. dan harapannya sudah hancur.
Sebelumnya, hari demi hari dia
terus menunggu dan berharap bahwa akan ada seseorang yang menolongnya, tapi
hari itu tidak pernah datang. Jadi Nakahara memutuskan untuk berhenti berharap,
dan mengakhiri semuanya dengan tangannya sendiri.
Nakahara perlahan mengambil besi
berkarat itu dan memegangnya dengan kedua tangannya.Tidak ada keraguan dalam
dirinya saat menusukkan besi itu tepat menembus jantungnya. Tidak ada rasa
sakit. hanya kebebasan yang dia rasakan, dan satu keinginan kuat sebelum jantungnya
berhenti berdetak.
Nakahara duduk di samping batu
nisannya. dia melihat Sharie yang masih saja menangis. Meski pemakaman sudah
selesai dua jam yang lalu, namun gadis itu masih belum beranjak dari tempatnya.
Wajah Sharie terlihat pucat, dan matanya sembab. sangat terlihat bahwa dia
sangat syok dan lelah. Mau bagaimana lagi, Sharie dan Ryuko terpaksa harus
berurusan dengan polisi setelah menemukan mayat Nakahara di tempat terpencil
seperti itu. Mungkin mereka mengira bahwa mereka berdua adalah pelakunya.
"Dimana
ekornya?" gumam Nakahara, namun kali ini tidak ada yang mendengarnya,
termasuk Sharie. kini sahabatnya tidak dapat melihat sosoknya lagi. Nakahara
berharap dia dapat bertemu dengan Ryuko, namun anehnya hari ini dia tidak
mengekor pada Sharie. mungkin Ryuko menghindarinya.
"Tidak
masalah, akan ku urus sendiri." Nakahara bangkit meninggalkan makamnya.
to be continue...