Newest Post
// Posted by :atsuko's world
// On :Sunday, October 4, 2015
Nakahara tidak yakin dengan apa
yang dia lakukan.. tadinya dia hanya berfikir apa harapan terakhir Seiko, dan
mereka berakhir seperti ini. Duduk di meja makan milik Sharie. Ada lima manusia
dan satu hantu di ruangan tersebut. Setidaknya itulah yang Nakahara tahu.
Mereka duduk melingkar di meja
makan yang bundar. Seiko, pemeran utama dalam makan malam ini duduk diantara
kedua anak kesayangannya, Aerish dan Popuri. Nakahara duduk diantara Sharie dan Ryuko. Ya,
meski harus menyeretnya Sharie akhirnya mau bergabung dengan makan malam ini.
Sedang Ryuko, dia hanya mengekor pada Sharie. Meski ini makan malam keluarga,
namun suasana terasa dingin dan sunyi.
"Aku
tidak percaya ini. Kau benar-benar menampakkan dirimu setelah dua tahun
menghilang. Dimana saja kau ha?" tanya Popuri. Nakahara dan Popuri memang
tidak pernah akur, dan sepertinya, Popuri percaya mengenai gossip itu. Gossip
yang mengatakan bahwa Nakahara adalah pelaku pembunuhan Seiko.
"Apa
tujuan makan malam ini Nakahara?" tanya Aerish tenang. Aerish yang memang
merupakan anak tertua dari tiga bersaudara itu memang terlihat yang paling
dewasa.
"Aku
hanya berfikir bahwa ibu menginginkannya ." jawab Nakahara singkat.
"Aku
tidak keberatan melakukan hal ini. toh ini yang terakhir kalinya." kata
Aerish lagi.
"Tunggu,
apa maksudnya yang terakhir kali?"
"Kita
sudah tidak memiliki tempat untuk pulang, karena itu, aku akan menetap di
tempatku bekerja."
"Aku juga
akan segera lulus dan melanjutkan kuliahku di luar negeri." tambah Popuri.
Nakahara tidak percaya dengan apa
yang dia dengar ini. Saudara-saudaranya hanya memikirkan diri mereka sendiri. Mereka
bahkan tidak memikirkan bagaimana perasaan Nakahara. Nakahara hanya mampu
menggigit bibirnya. Dia tidak bisa berkata apapun. Karena akan percuma, dia
memang selalu kalah dari kedua saudaranya, bahkan sebelum dia membuka mulut,
dia selalu kalah.
Nakahara memperhatikan Seiko. Di
ruangan ini hanya dirinya dan Ryuko yang mampu melihatnya. Seiko terlihat
tenang, tidak terpengaruh dengan ucapan saudaranya. Itu artinya dia tidak keberatan
dengan rencana mereka. Jika sudah seperti ini, Nakahara sudah benar-benar
kalah.
Sharie melihat Nakahara denga
ekspresi khawatirnya. Gadis yang kini dipandanginya sedari tadi hanya bermain
dengan makanannya. Pikiran Nakahara seperti sedang berada di tempat lain. Mungkin
perkataan kakaknya yang membuatnya demikian. Tapi Shaire bisa apa? dia hanya
mampu melihat. Dia tidak ingin ikut campur masalah keluarga orang lain, dan
Sharie tahu, Nakahara tidak akan senang jika dia sampai ikut campur. Yang bisa
Sharie lakukan kini hanya memberinya kekuatan untuk lebih tegar.
"Oh..."
suara Makio terdengar di dalam ruangan. Semua manusia yang berada di dalam
ruangan menoleh ke sumber suara. Mereka mendapati Makio sedang berdiri di
ambang pintu dengan kedua tangan yang tersembunyi di saku jaketnya.
"Maaf,
aku tidak tahu kau sedang ada tamu, Shar." kata Makio dengan ekspresi
bersalah.
"Maki-chan.
Kenapa kau ada di sini?" Sharie berdiri dari bangkunya dan menghampiri
Makio yang masih berdiri di tempatnya.
"Kau
tidak mengangkat telepon maupun membalas pesan dariku. Aku jadi khawatir,
makanya aku kemari. Aku sudah membunyikan bell berkali-kali kau tidak membuka
pintu dan saat ku cek pintu tidak terkunci. Kau membuatku khawatir, kupikir
terjadi sesuatu yang buruk padamu." jelas Makio.
"Maaf,
aku tidak sempat mengabarimu." kata Sharie menyesal.
"Ya
sudah. kalau begitu aku pulang saja." Makio melihat orang-orang yang
berada di dalam ruangan.
"Maaf
sudah mengganggu acara kalian." lanjutnya sembari membungkuk lalu kemudian
pergi. Sharie mengantaR Makio hingga pintu depan sebelum akhirnya mengucapkan
perpisahan.
Sharie duduk di tempat yang sama
setelah dia mengatar Makio. dilihatnya Nakahara masih diam dengan ekspresi yang
sama, dan Ryuko. Ryuko yang semula hanya diam kini terlihat begitu gugup dan
cemas. Apa terjadi sesuatu saat dia pergi? pikir Sharie.
Setelah makan malam yang teramat
sangat tidak nyaman, Para tamu, aka Aerish dan Popuri berpamitan dengan pemilik
rumah aka Sharie. Meja makan kini sepi, hanya ada mereka berempat.
"Terima
kasih untuk makan malamnya Nakahara." kata Seiko tersenyum.
"Tapi
sepertinya tidak sesuai dengan harapan kan?" kata Nakahara. Sharie dan
Ryuko berdiri dari tempat duduk mereka dan pergi dari ruangan, berharap dapat
memberi mereka privasi. yah walau hanya Ryuko nantinya yang mengerti percakapan
keduanya, tapi mereka tetap melakukannya.
"Aku
tahu. tapi rasanya tidak akan perbedaan dulu maupun sekarang. karena memang
seperti inlah keluarga kita." kata Seiko lagi. Kali ini Nakahara hanya
terdiam.
"Aku
minta maaf, karena sudah menyalahkanmu atas semuanya. Padahal aku tahu kau juga
sangat menderita." lanjut Seiko. Nakahara kini mengerutkan keningnya, ke
arah mana percakapan ini berlanjut?
"Aku bisa
melihatnya, dirimu yang sebenarnya, dan dari situ aku melihat hal yang
mengerikan. Kau pasti sangat menderita." kini Seiko mulai menangis,
mendekati Nakahara dan memeluknya.
"aku
tidak membencimu. aku hanya terlalu rindu pada mereka. maafkan aku ya."
"Aku
tidak mengerti." kata Nakahara.
"Tidak
apa, kau akan segera mengingatnya. mengingat penculikmu dan hari-hari yang kau
lewati bersamanya." kali ini merupakan kalimat terakhir Seiko sebelum dia
lenyap bagaikan dandelion yang tertiup angin.
Seiko sudah
tidur dalam damai. meninggalkan Nakahara sendiri di tengah ruangan yang sepi.
terlihat tangannya gemetar dan ekspresi horror tergambar di wajahnya. Dia mengingat
sesuatu. berkat perkataan Seiko, dia mendapatkan kembali ingatannya.
Nakahara berlari menuju kamar dimana
Sharie dan Ryuko berada. Membuka pintu dan berlari ke arah Ryuko sebelum
mencengkram kedua lengannya kuat.
"Kau tahu, kau tahu
kan?" tanya Nakahara hampir menangis. Ryuko hanya menggigit bibirnya
sebelum mengangguk.
"Maafkan aku."gumam
Ryuko, membuat Nakahara terduduk dan menangis.
To be continue...