Newest Post

// Posted by :atsuko's world // On :Sunday, October 4, 2015




Nakahara POV

Aku terbangun seperti orang yang baru saja dikejutkan dengan suara keras. Aku melihat ke sekeliling. Ruangan gelap dan pengap. Dimana ini? Kenapa aku bisa berada di sini? Pertanyaan-pertanyaan itulah yang pertama kali muncul di pikiranku.
Aku berusaha bangkit dan berdiri, saat itu aku tersadar bahwa seluruhku tubuhku terasa sakit dan kepalaku berdenyut seakan mau pecah. Sensasi ini membuatku jatuh terduduk sebelum kucoba untuk bangkit kembali.
Tempat ini sangat gelap. Aku tidak bisa melihat apapun, bahkan ujung jariku sendiri tak nampak olehku. Aku harus meraba-raba saat berjalan. Dengan langkah kecil nan pasti, aku menyusuri tempat asing itu. Aku berusaha mencari sakelar lampu, namun tak kutemukan.
Aku terus berjalan hingga menemukan sebuah pintu. Kucoba membukanya, tidak terkunci. Ruangan di balik pintu tidak kalah gelapnya dengan ruangan sebelumnya. Namun aku dapat melihat sedikit cahaya di ujung ruangan yang lebih terlihat seperti lorong.
Aku melihatnya, aku merasakannya, cahaya matahari, masuk melalui celah-celah mengenai wajahku. Ada sebuah tangga di hadapanku, menuju sebuah pintu kecil yang berda di atas. Sepertinya aku sedang berada di ruang bawah tanah.
Tanpa berlama-lama, aku menaiki tangga itu dan membuka pintu kecilnya. Udara segar segera menyambutku. Setelah kakiku berpijak ditanah, aku menutup pintu kecil itu kembali.
"hm... dimana aku?" aku kembali melihat sekeliling. Aku berdiri di sebuah tempat yang dikelilingi pepohonan. Dapat kulihat tidak jauh dari tempat itu, terdapat sebuah gubug tua.
Situasi yang buruk. Berdiri di tempat asing yang sepertinya tidak terjamah, lebih parahnya aku sama sekali tidak mengingat apapun yang terjadi.
Aku ini benar-benar bodoh.

***
Normal POV

Keluar dari tempat asing itu bukanlah pekerjaan yang mudah, namun Nakahara berhasil melakukannya. Meski harus berjalan sangat jauh, dan beberapa kali meminta tumpangan kepada orang asing. Tak masalah baginya, toh yang penting Nakahara kini sudah sampai di rumahnya.
Saat melihat rumahnya Nakahara kembali merasakan sensasi aneh. Dia merasa teramat sangat senang seolah sudah lama tidak pulang. Tapi dia juga merasakan kesedihan yang entah apa alasannya.
"ibu, aku pulang!" teriak Nakahara sembari memutar gagang pintu dan membukanya. Beberapa saat berlalu dalam keheningan.
"Dari mana saja?" Seiko, ibu Nakahara tiba-tiba muncul dari belakang membuat gadis itu melompat terkejut.
"Ibu mengagetkanku!"
"Ibu dari pasar." kata Seiko masuk menuju dapur. Nakahara memperhatikan ibunya yang baru saja kembali dari pasar, tapi kenapa tidak ada belanjaan di tangannya. Wajah seiko juga sedikit pucat dan terlihat lebih kurus.
"Apa ibu sedang sakit? ibu terlihat agak pucat."
"Ibu memang sedang tidak enak badan." jawab seiko singkat. Nakahara memperhatikan ke sekeliling. Rumah terasa lebih sepi dari biasanya. semua lampu dimatikan, yah memang ini masih siang, tapi beberapa ruangan yang tidak terkena sinar matahari dibiarkan gelap begitu saja. Belum lagi suasana rumah yang seperti tidak ada penghuninya. Mungkin ibu tidak sempat merawat rumah karena kesehatannya, begitu pikir Nakahara.
"Kau belum menjawab pertanyaan ibu, dari mana saja kau?"
"Ah, itu..." Nakahara teringat dengan kejadian pagi ini, saat dia terbangun di tempat asing. Tapi, Nakahara ragu untuk menceritakannya atau tidak pada Seiko.
"Aku juga tidak tahu dimana, tiba-tiba saja aku terbangun di tempat asing." Nakahara memutuskan untuk menceritakannya pada Seiko. Untuk sesaat Seiko hanya diam saja.
"Yang penting sekarang kau sudah di rumah." kata Seiko. "Apa kau lapar? ibu akan membuatkan makanan untukmu." Seiko bangkit dan membuka kulkas, mengeluarkan beberapa bahan untuk dimasak.
"Tidak perlu ibu, aku mau mandi dan langsung berangkat kerja saja." kata Nakahara bangkit dan Pergi menuju kamarnya tidak menyadari tatapan Seiko yang tidak pernah lepas darinya.
Nakahara memasuki kamarnya dan segera mandi kemudian mengganti pakaiannya. Melakukan sedikit riasan simple dan mengambil tas kerjanya sebelum mengunci kamar dan kembali ke bawah.
"ibu, aku berangkat!" teriak Nakahara sembari memakai sepatunya. Tidak ada jawaban dari arah dapur. "Apa ibu pergi keluar lagi?" gumam Nakahara sebelum bangkit dan akhirnya pergi meninggalkan rumah.

 ***

"Makio, aku sudah bilang padamu ratusan kali. kita bertemu pagi ini di stasiun!" Sharie berteriak ke arah telepon genggamnya.
"Maaf, tapi aku kesiangan." Makio yang berada saluran yang lain terdengar seperti baru bangun tidur.
"Sigh... kalau begitu..." Sharie menghentikan kata-katanya sesaat setelah melihat sosok yang kini melambai-lambai padanya.
"Halo Sharie... kau masih di situ? Halo?"
"Makio... she is back." kemudian sambungan teputus.


 to be continue...

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

// Copyright © My World //Anime-Note//Powered by Blogger // Designed by Johanes Djogan //