Newest Post
Archive for October 2015
Gadis yang mengenakan pakaian
tidurnya melihat Makio berlari keluar gedung membawa sebuah tongkat baseball.
"Mungkinkah?"
Sharie berlari menyusul Makio yang berlari ke arah sungai.
"Maki-chan!"
Sharie memanggil Makio saat dia berhasil menyusulnya di jembatan. Makio
berputar dan melihat Sharie berdiri di tempatnya.
"Sharie!
senang bisa melihatmu lagi. aku baru saja bertemu dengan Nakahara dan dia
mengajakku bermain." kata Makio mengayun-ayunkan tongkatnya.
"Tidak,
tolong, jangan katakan bahwa semua ini benar." Sharie memohon dan
menangis.
"Tentu
saja ini benar Sharie. bertahun-tahun aku bermain dengannya. Terima kasih,
berkat kau yang mengenalkan aku padanya kami bisa memiliki waktu yang
menyenangkan.
"Tapi aku
menginginkannya. aku ingin dia tahu, apa yang dia lakukan padaku."
Ah, itu sebabnya Nakahara
mengatakan hal itu padaku, pikir Sharie.
"Sharie."
Kali ini Nakahara muncul di belakang Sharie, saat saat gadis itu berputar, dia
tidak dapat melihatnya. Sharie hanya mampu mendengar Nakahara.
"Aku
sudah tidak berfikir ini salahmu. dan ini memang bukan salahmu." lanjut
Nakahara
"Dia
memang sakit, dan tidak ada yang bisa kita lakukan dengan hal itu. karenanya,
aku ingin kau berhati-hari di masa depan, okay?"
"Naka-chan,
maafkan aku. sungguh, maafkan aku."
"aku
memaafkanmu Sharie. Sayonara..."
Sesaat setelah suara Nakahara
lenyap, Sharie melihat Makio terjatuh atau tepatnya seperti ditarik jatuh dari
jembatan. Suara lengkingan Makio dapat terdengar jelas sebelum akhirnya dia
jatuh ke air dan suasana kembali sunyi. Sharie melihat kebawah. Tidak ada
apapun disana. Ini sudah berakhir. Setidaknya itu yang dipikirkannya.
Two years later
"Ohayo,
Naka-chan! kali ini aku menjengukmu dengan Ryuko. LIhat dia sudah banyak
berubah sekarang." Sharie berbicara di depan makam Nakahara dan menunjuk
Ryuko yang berada di sampingnya. Memang benar, RYuko kini telah berubah.
penampilannya tidak sesuram dulu, dan dia lebih terlihat percaya diri.
"Selain
itu, dia juga mulai belajar menggunakan kemampuannya untuk membantu orang
lain." lanjut Sharie.
"Aku,
berlajar untuk melakukan upacara untuk menenangkan roh yang terjebak di dunia
nyata sepertimu, Nahakara. tidak akan ada lagi balas dendam." Ryuko
bergumam di bagian akhir.
"Ah,
Ryu-chan! kita sudah terlambat. Ayo segera kembali ke mobil." kata Sharie
panik.
"Beri aku
waktu lima menit." pinta Ryuko.
"Ah, aku
mengerti. kalau bergitu aku tunggu di mobil, jangan terlalu lama ya." kata
Sharie yang akhirnya pergi setelah mengucapkan salam perpisahan pada makam
Nakahara.
Sharie sangat mengerti apa yang
ingin dikatakan Ryuko, dia memang tidak sempat mengatakannya dulu, dan selama
dua tahun ini, Ryuko selalu menghindari makam Nakahara.
"Aku...
ingin minta maaf padamu." sudah lama Ryuko ingin mengatakan hal ini.
"Maaf karena aku tidak dapat menyelamatkanmu saat kau masih hidup. Maaf
karena aku tidak bisa membantumu bahkan saat kau sudah meninggal. Aku tidak
bisa memberimu jalan yang lebih baik selain balas dendam." Ryuko menghela
nafas.
" tapi,
sekarang semua akan berbeda, aku akan berusaha untuk bisa membantu orang-orang
sepertimu, bahkan roh sepertimu. aku akan bekerja keras." dan itu adalah
perkataan terakhir Ryuko sebelum meninggalkan makam Nakahara. Setelah beberapa
langkah diambilnya, Ryuko menoleh kebelakang, melihat makam Nakahara. Dia
trekejut melihat Nakahara beriri di sana, tersenyum padanya, kemudian hilang
bagai dandelion yang tertiup angin.
"sudah selesai?"
tanya Sharie sesaat setelah Ryuko memasuki mobil.
"Sharie..."
panggil Ryuko.
"ya? Ada
apa?"
"Apa kau
benar-benar tahu bahwa Makio telah mati?" pertanyaan Ryuko hanya dijawab
dengan keheningan. Lalu kemudian Sharie menggeleng.
"Begitu
ya..." Ryuko terlihat sedang berfikir. " Berjanjilah padaku, dalam
waktu dekat ini kau bertemu dengan Makio, kau harus mengatakannya padaku."
Sharie mengerti dengan maksud temannya itu dan dia mengangguk.
"Mungkin
kita harus mengadakan upacara untuknya."
the end
Tag :// story
Munch...munch...munch
Sandwich tuna kini sudah
berpindah ke mulut Makio. Tidak ada yang diinginkan Makio saat ini selain makan
dan makan. Minggu ini addalah minggu yang terberat untuknya. Dia telah
kehilangan 'mainan' kesayangannya. kemudian penemuan mayat Nakahara oleh
Sharie.
Seharusnya tidak ada yang tahu
tempat itu, tapi kenapa Sharie bisa kesana dan menemukannya. Ah, kini dia
menyesal. seharusnya dia menguburkan atau setidaknya membuang mayat Nakahara. Sharie,
cepat atau lambat akan mengetahui kebenaranya.
"Mungkin
aku akan menjadikannya mainanku yang berikutnya." gumam Makio.
"Begitukah?"
tanya Nakahara yang tiba-tiba sudah berdiri di hadapan Makio. Terkejut dengan
keberadaan gadis itu, Makio terjungkal dari bangunya dan mendarat di lantai. Dia
melihat Nakahara dengan tatapan horror.
"B-Bukankah
kau sudah mati?" keringat dingin mengucur di dari Makio.
"Ya,
tentu kau yang paling tahu akan hal itu." jawab Nakahara tenang. Makio
berusaha mengatur nafasnya yang tidak teratur, mengusap keringat di keningnya
kemudian bangkit. Dia tampak lebih tenang sekarang.
"Dan
kenapa kau masih ada disini? apa kau merindukanku?" tanya Makio dengan
senyum liciknya. Nakahara selalu berfikir bahwa Makio mungkin gila, dan dia
memang gila.
"Aku
kemari untuk membalas dendam." kata Nakahara dengan aura yang menakutkan.
namun hal itu tidak membuat Makio mundur. Makio mengambil tongkat baseball
miliknya yang tak jauh dari meja makan kemudian mengayunkannya ke arah
Nakahara, tapi tidak kena. Tepatnya gadis itu sudah tidak ada. Kemudian
terdengar pintu terbuka, dan terlihat Nakahara berdiri di ambang pintu, kemuadian
menghilang kembali.
"Apa ini?
Kau ingin bermain? Aku sangat suka permainan, terutama yang melibatkan darah
dan jeritan." Makio mengikuti Nakahara keluar dari apartement miliknya dan
turun ke jalanan masih dengan membawa tongkat baseball.
Nakahara ingin Makio
mengikutinya.
To be continue...
Tag :// story
Sharie berbaring di ranjangnya.
ditemani Ryuko yang duduk di sebelahnya. ruangan itu gelap, hanya ada cahaya
bulan yang masuk melalui jendela. Terlihat begitu indah tapi juga menyedihkan.
"Ryu-chan."
panggil Sharie lirih masih menatap ke luar jendelanya.
"Apa
benar Naka-chan sudah mati?" Sharie masih tidak bisa percaya nasib
sahabatnya itu. Selama dua tahun menghilang, Sharie terus berharap bahwa
Nakahara baik-baik saja. Walau terkadang keputusasaan membuat Sharie berfikir
sahabatnya itu sudah mati, namun dia tidak benar-benar meyakininya.
"Maafkan
aku Sharie." hanya itu yang bisa Ryuko katakan.
"Jika itu
benar, Lau... lalu kenapa aku bisa melihatnya saat itu? Aerish-nee Popuri?
kenapa? bukannya hanya kau yang bisa melihatnya?" Sharie terdengar
frustasi.
"Sharie,
Nakahara bahkan tidak tahu kalau dia sudah mati, kekuatan rohnya membuat dia
yakin bahwa dirinya masih hidup. karena itu kita semua dapat melihatnya."
jawab Ryuko.
"Hanya
orang yang benar-benar tahu bahwa Nakahara sudah mati yang tidak dapat melihatnya."
lanjut Ryuko.
"Jadi,
apa sekarang Nakahara sudah tenang? Aku berfikir, mungkin harapannya adalah
ingin tubuhnya ditemukan. karena itu dia membawa kita ke sana kan."
"K-kau
boleh manganggapnya seperti itu." jawab Ryuko ragu. Sharie terdiam
sejenak. awalnya dia hanya mendengarkan penjelasan Ryuko, namun setelah
mengingat sesuatu, jantungnya berdegub kencang hingga membuatnya bangkit dari
ranjang. Sharie membelalakan matanya melihat Ryuko yang memasang ekspresi
bersalahnya.
"Itu
tidak mungkin."
"Sharie, dengarkan
aku..."
"Aku
bilang ini tidak mungkin!" Sharie berteriak dengan seluruh kekuatannya.
kemudian berlari keluar kamar.
"Sharie,
kau mau kemana?!" Ryuko mulai panik mendapati Sharie berlari ke arah pintu
keluar setelah mengambil mantelnya.
"Aku akan
menemuinya, dan membuktikan padamu dia tidak bersalah."
"Jangan,
ini berbahaya untukmu!"
"Tidak
akan terjadi apapun, dia bukan...."
"Sharie
sadarlah, dia sudah membunuh Nakahara. tidak ada jaminan dia tidak akan
melakukan hal yang sama padamu. Dengarkan aku, kita tidak boleh ikut campur
dalam masalah mereka. kau bisa membuat Nakahara semakin marah."
"Apa
maksudmu." tanya Sharie, tidak mengerti.
"Nakahara,
yang dia inginkan adalah balas dendam. Jika kau menghalanginya, dia tidak akan
segan padamu Sharie." jawab Ryuko. tanapa perlu berlama-lama, Sharie
bergegas melepaskan diri sari Ryuko dan berlari keluar.
To be
continue...
Tag :// story
Nakahara merasakan dingin. Dia
memang selalu merasa dingin. mungkin ini sudah malam, pikir Nakahara. Nakahara
mengubah posisinya hingga terdengar bunyi gemerincing rantai yang melingkar di
kakinya. Didengarkannya baik-baik suara di atas sana. suara burung hantu yang
mungkin sedang mencari makan.
"Ah ini
sudah malam." gumam Nakahara, kemudian membuat sebuah garis lurus di
tembok menandakan satu hari lagi yang terlewati.
Nakahara sudah nyaris buta, dia
sudah tidak dapat melihat lagi karena cidera yang dialaminya. Dia juga nyaris
kehilangan suaranya dan tidak sanggup lagi berteriak. Bahkan saat dia dipukul dengan batu, besi ataupun yang lainnya. Nakahara
tetap tidak mampu berteriak.selama dua tahun terakhir, Nakahara menghabiskan
hidupnya di ruang bawah tanah. walau hari-hari yang dia jalanan tidak bisa
dikatakan sebagai hidup.
Setiap hari dia harus menghadapi
terror terbesar. Penculiknya. Seperti halnya spikopat, penculik itu sangat
menikmati saat dia memukul Nakahara. Dia memukul kepalanya, mematahkan
kaki,tangan dan jari-jarinya.Tidak peduli seberapa banyak Nakahara memohon,
namun penculik itu tidak pernah mendengarkan. dia terus saja tertawa dan terus
memukul Nakahara.
Tapi penculik itu tidak memukulnya
hingga mati. ah, mungkin akan lebih baik jika Nakahara mati. tapi kenyataan
memang kejam. Penculik itu menghajarnya, kemudian menyembuhkannya agar dapat
lebih banyak menghajarnya, dan lingkaran maut itu terus terulang.
he beat me and then heal me, so he can beat me more...
Tapi malam ini akan berbeda.
setelah sekian lama, akhirnya Nakahara berhasil menyembunyikan besi berkarat
yang biasa di pakai penculik itu untuk memukulnya.Nakahara berniat untuk
mengahiri semuanya. dia sudah lelah. dan harapannya sudah hancur.
Sebelumnya, hari demi hari dia
terus menunggu dan berharap bahwa akan ada seseorang yang menolongnya, tapi
hari itu tidak pernah datang. Jadi Nakahara memutuskan untuk berhenti berharap,
dan mengakhiri semuanya dengan tangannya sendiri.
Nakahara perlahan mengambil besi
berkarat itu dan memegangnya dengan kedua tangannya.Tidak ada keraguan dalam
dirinya saat menusukkan besi itu tepat menembus jantungnya. Tidak ada rasa
sakit. hanya kebebasan yang dia rasakan, dan satu keinginan kuat sebelum jantungnya
berhenti berdetak.
Nakahara duduk di samping batu
nisannya. dia melihat Sharie yang masih saja menangis. Meski pemakaman sudah
selesai dua jam yang lalu, namun gadis itu masih belum beranjak dari tempatnya.
Wajah Sharie terlihat pucat, dan matanya sembab. sangat terlihat bahwa dia
sangat syok dan lelah. Mau bagaimana lagi, Sharie dan Ryuko terpaksa harus
berurusan dengan polisi setelah menemukan mayat Nakahara di tempat terpencil
seperti itu. Mungkin mereka mengira bahwa mereka berdua adalah pelakunya.
"Dimana
ekornya?" gumam Nakahara, namun kali ini tidak ada yang mendengarnya,
termasuk Sharie. kini sahabatnya tidak dapat melihat sosoknya lagi. Nakahara
berharap dia dapat bertemu dengan Ryuko, namun anehnya hari ini dia tidak
mengekor pada Sharie. mungkin Ryuko menghindarinya.
"Tidak
masalah, akan ku urus sendiri." Nakahara bangkit meninggalkan makamnya.
to be continue...
Tag :// story
Mereka menyetir di daerah yang tidak mereka kenali selain Nakahara. Gadis tersebut pernah melewatinya sekali, saat dia harus berjalan jauh dan meminta tumpangan pada orang asing. Ya, saat ini mereka menuju ke tempat dimana Nakahara terbangun di hari itu.
Hanya mereka bertiga di dalam
mobil. Sharie menyetir mobil ford
miliknya, Ryuko duduk di sebelahnya dan Nakahara duduk di belakang. Perjalanan
mereka ditemani dengan keheningan. Sharie yang tidak tahu menahu mengenai
situasi apa yang sebenarnya terjadi menuntut penjelasan, namun tidak ada yang
mau memberikannya. Baik nakahara maupun Ryuko.
Nakahara melihat ke kedua
tangannya yang masih gemetaran. dia masih tidak percaya dengan semua ini. Dia
begitu heran kenapa dia bisa melupakan hal sepenting itu? Padahal kini jelas-jelas seluruh tubuhnya
dapat mengingat semuanya.
Tangannya masih mengingatnya
dengan jelas. mengingat dinginya besi berkarat itu. Telinganya seolah masih
dapat mendengar gemerincing lantai yang sering didengarnya. Dan yang
terpenting, dia masih mengingat sensasi terakhirnya. Sensasi saat besi tua
berkarat itu menembus jantungnya dan memberikan kebebasan yang selama ini
diinginkan Nakahara.
Sharie menutup pintu mobilnya dan
menatap gubug tua dihadapannya. Dis ekeliling gubug tersebut hanya ada hutan
lebat yang pasti jarang dijamah oleh manusia.
"Apa
kalian masih tidak ingin memberitahuku kenapa kita datang ke tempat asing
ini?" Sharie mulai kehilangan kesabarannya.
"Maaf
Sharie, U-untuk saat ini kita turuti saja permintaan Nakahara." kata Ryuko
menenangkan Sharie dan mengajaknya mengikuti Nakahara yang mulai melangkah
memasuki hutan.
Tidak perlu berjalan terlalu
jauh, sekitar 100 meter dari gubug, Nakaraha berhenti dan melihat pintu kecil
yang sebagian tertutup dedaunan yang gugur. Nakahara membuka pintu itu kemudian
menatap Ryuko.
Ryuko merasakan keringat dingin
mengucur dari keningnya. melebehi apapun, dia tidak ingin masuk ke ruang bawah
tanah itu. Ryuko tahu apa yang akan ditemuinya, dan itu membuatnya semakin
merasa ngeri. Sejak kecil indera ke enamnya sangatlah kuat. Membuat dia dapat
melihat arwah dan merasakan sebuah emosi yang mengerikan pada suatu tempat.
Kini Ryuko menyesalinya. Dia
tidak seharusnya melibatkan diri dalam masalah ini. Tapi kini sudah terlambat.
Ryuko tidak punya pilihan lain selain masuk ke dalam. Mungkin dengan demikian
semua masalah akan selesai.
Atau mungkin tidak.....
"Apa yang
kita lakukan di sini?" tanya Sharie sembari menutup hidungnya karena bau
busuk di dalam basement.
"Kau akan
tahu." jawab Nakahara singkat. Nakahara membawa mereka ke sebuah pintu
yang kini tertutup. Terdapat sakelar kecil di sampingnya. Nakahara menekan
sakelar itu dan terlihat ruangan di balik pintu menjadi terang.
"Bukalah."
kata Nakahara menatap Sharie.
"Tunggu,
ini terlalu kejam. K-kau tidak bisa melakukan hal ini padanya!" Ryuko
berusaha menahan Sharie untuk membuka pintu.
"Tapi aku
menginginkannya. Aku ingin dia tahu, apa yang dia lakukan padaku."
Nakahara masih terlihat tenang namun tatapannya sangat tajam, membuat Ryuko
merasa ngeri.
"ini
bukan salahnya!" Ryuko memang tidak tahu pasti kebenaranya, tapi kata-kata Nakahara tadi membenarkan asumsinya selama ini.
"Ayolah,
aku tidak mengerti apa yang kalian bicarakan!" Sharie menengahi perdebatan
keduanya.
"Kalau
begitu buka saja." kali ini lebih terdengar seperti sebuah perintah. Ryuko
menyerah, dia tidak bisa melakukan apapun.
Dengan
perlahan Sharie membuka pintu dihadapannya. untuk sesaat, sinar lampu
membutakan matanya dan bau busuk semakin kuat tercium.Sharie memandang ruangan
tersebut dalam sunyi selama beberapa menit sebelum akhirnya dia terjatuh ke
lantai tak sadarkan diri.
To be
continue...
Tag :// story