Newest Post
// Posted by :atsuko's world
// On :Tuesday, May 20, 2014
Title : Kioku Reunion ~ Bloody Island~
Author : Uchiha Ryuko, Nakahara Ningsih, Aerish Lee
Genre : Comedy / Adventure/Mystery
Summary : Ryuko, Nakahara, Aerish dan 4 temannya
semasa sekolah bertemu kembali dalam liburan yang tak terduga. Mereka pikir
liburan di Bloody Island akan menjadi liburan yang tenang dan mengasyikan. Tapi
yang menunggu mereka adalah liburan yang penuh dengan masalah.
Chapter 11
Ryuko hanya bisa mengeluh ketika ia kembali
menginjakan kakinya di ruangan nista itu. Kali ini tidak diperlukan golden card
karena pintu keajaiban terbuka dengan lebar. Anehnya, ruangan itu sudah
terlihat lebih mewah dari sebelumnya. Peti mati tua yang mencurigakan itu pun
sudah terlihat sangat mewah karena berhiaskan bunga-bunga. Dan entah sejak
kapan, ada sebuah altar besar di ruangan itu.
Mata Ryuko menangkap seseorang yang sudah ia kenal. Terlihat ia seperti sedang berdoa khusyuk di depan peti mati itu. Tak lama kemudian, ia berhenti dan tersenyum menatap Ryuko dan Akashi yang berdiri di hadapannya.
“Selamat malam, Ryuko-san. Terima kasih karena
memenuhi undanganku untuk menghadiri acara utama dari malam Grand opening,”
ujar seseorang, yang tak lain adalah Vallery.
“Yah, kurasa itu sudah resiko menjadi bagian
InterSEO,” respon Ryuko santai. “Jadi apa peranku kali ini? Aku tidak harus
memberi pidato kan?”
“Tidak. Tapi Ryuko-san, ini adalah ruangan rahasia
yang tak seharusnya dikunjungi oleh sembarang orang. Kau tak boleh membawa
orang luar masuk ke sini,” Vallery menekan sebuah tombol dan pintu keajaiban
pun tertutup.
“Ah soal Akashi.. dia...”
“Bukan Akashi-san yang kumaksud, tapi mereka...”
BRAKKKKK!!! Tiba-tiba sebuah tembok bergeser dan dua
makhluk tak asing jatuh terjerembab karena kaget.
“Bloody Hell! Apa yang kalian berdua lakukan?
Nakahara? Aerish?” seru Ryuko kesal.
“Kami.....tersesat,” jawab Aerish cepat dan bohong.
“Ah, aku tidak tahu kalau tembok itu bisa bergerak.”
celetuk Nakahara gak nyambung.
Sigh.
“Aerish, sudah kubilang, aku sedang sibuk.” Nakahara
bangkit berdiri dan membersihkan debu di celana trainingnya. Aerish mengulurkan
tangannya, meminta bantuan Nakahara. Tapi karena Nakahara sedang lemot, butuh
beberapa detik untuk mengerti bahasa tubuh Aerish hingga akhirnya memberikan
bantuan pada Aerish.
“Aku hanya ingin mengatakan, suruh pacarmu berhenti menggangguku dan setelah itu seharusnya aku bisa
kembali ke ruang control,” Nakahara terus mengoceh.
“Um…. Tapi,”
Aerish berusaha merespon.
“Kau pikir aku tidak tahu bahwa Eunhyuk yang telah
menggangguku di ruang control?” Nakahara tidak membiarkan Aerish menyelesaikan
kata-katanya.
Ehem…
Seseorang berdehem membuat Nakahara berhenti
mengoceh dan melempar pandangan ke sumber suara. Ryuko berdiri di sana melipat
kedua tangannya di dada. Menatap Nakahara dan Aerish sambil sesekali melirik
Vallery, seolah mengatakan. ‘ apa yang kalian lakukan? Seharusnya kita mengurus
Vallery di sini’.
“Apa yang kalian lakukan? seharusnya kita mengurus
Vallery di sini,” kata Ryuko tajam. Tuh kan.
“Mengurus apa?” tanya Nakahara sok tidak mengerti.
“Untuk menggagalkan rencana Vallery mungkin? Yah aku
memang belum tahu rencana Vallery yang sebenarnya, tapi sepertinya buruk,” Celetuk Aerish.
“Aku tidak punya alasan untuk menghentikan Vallery
mengingat aku adalah orang yang memberikan Golden Card itu padanya,” kata Nakahara datar.
“What??!!”
Ryuko, Aerish, Vallery dan Akashi berteriak bersamaan.
“Gezz, tidak perlu terkejut seperti itu,” kata
Nakahara tanpa dosa bersandar di sebuah tembok. Ryuko memberikan death glare pada Nakahara tapi yang dituju malah cuek saja.
Sigh.
“Aku benar-benar akan mencincangmu nanti,” kata
Ryuko tajam. Kemudian pandangannya beralih pada Vallery yang masih berdiri di
tempat yang sama.
“Aku tidak menyangka ternyata kau yang memberiku
tiket menuju keberhasilan, Nakahara. Tapi kalian
tidak akan bisa menggagalkan rencanaku,” kata Vallery santai.
“Kenapa tidak? Secara teknis kau kalah jumlah, kami
berempat dan kau hanya seorang diri,” komentar Aerish yang sebenarnya tidak penting.
“Yah, kecuali kau ninja kelas S,” gumam Ryuko yang sama tidak pentingnya. #wait kau pikir ini Naruto?
“Tidak usah repot-repot menghitungku Aerish, aku
sudah bilang tidak beminat pada perkelahian kalian,” komentar yang paling tidak penting oleh Nakahara.
Chuckle
Semua mata kembali fokus pada Vallery.
“Biar aku kalkulasi lagi. Sepertinya ini
akan jadi pertarungan dua lawan dua?” kata Vallery tersenyum licik. Bersamaan
dengan itu seseorang membekap mulut Ryuko dengan sebuah sapu tangan yang
sepertinya sudah diberi kloroform.
“Ryuko-chan!” Aerish berteriak karena
terkejut.
Dengan cepat Ryuko membanting orang
tersebut. Namun sudah terlambat. Ryuko sudah terlanjur menghirup obat bius
tersebut, dan kini tubuhnya perlahan menjadi lemas dan pandangannya menjadi
buram. Sebelum kehilangan kesadaran Ryuko melihat Akashi bangkit dari lantai.
Di tangannya memegang sapu tangan yang baru saja digunakan untuk membekapnya.
“Sou
desu ka….” Ryuko akhirnya benar-benar kehilangan kesadarannya.
“Ryuko-chan...” Aerish berlari menghampiri Ryuko yang kini terbaring
tak sadarkan diri di lantai. Dilihatnya wajah temannya itu dengan ekspresi yang
khawatir.
“Dan sekarang menjadi dua lawan satu,” Kata Vallery yang kini menatap Aerish. Kemudian menatap
pada Akashi yang masih kesakitan karena baru saja dibanting oleh Ryuko.
“Perjanjiannya adalah aku akan membantumu
menyingkirkan orang-orang yang merupakan ancaman bagi rencanamu dan setelah itu
kau akan membebaskan Yuuki. Kau tahu dia bukan ancaman Vallery,” Kata Akashi tajam sambil menunjuk pada Aerish.
Vallery tidak suka mendengar ucapan yang
keluar dari mulut Akashi, tapi karena tidak ingin berdebat maka terpaksa Vallery menyetujuinya. Sudah beruntung dia
memiliki Akashi untuk membantunya, yah walau dibawah ancaman sekalipun.
“Jadi, bisa beritahu aku ada apa dengan
Yuuki?” Nakahara masih dengan santainya bersandar pada tembok. Vallery dan
Akashi menoleh ke sumber suara. Ah, mereka lupa kalau makhluk itu juga ada di
ruangan.
“Aku Sedang berfikir, apa makhluk yang satu
ini merupakan ancaman?” kata Vallery menatap Nakahara dan tidak memperdulikan
pertanyaan gadis itu. Sigh, sifatnya sungguh berbeda dari Vallery yang biasa
muncul di depan Tn. Miura ataupun Robert.
“Paling tidak tunjukkanlah rasa terima
kasihmu sedikit,” Kata Nakahara.
Vallery menarik tubuh Aerish menjauh dari
Ryuko yang masih tidak sadarkan diri.
“Ikat dia,” Perintah Vallery.
“Akashi-kun” dengan nada memohon Aerish
berusaha melawan.
“Maafkan aku Aerish-san. Aku janji, saat
semua ini selesai kau boleh menghukumku,” Kata Akashi mengikat tangan Aerish. Sementara itu
Vallery masih sibuk dengan Ryuko.
Vallery juga memborgol tangan dan
mengikat kaki Ryuko sebelum menyeretnya
menuju Altar.
“Sebenarnya aku hanya perlu satu korban
saja untuk upacara pembukaan. Tapi menjadikan kalian berdua sebagai cemilan
juga bukan ide yang buruk,”
kata Vallery.
“Dan sebagai ungkapan terima kasihku. Aku
memutuskan untuk tidak mengikatmu. Tapi bukan berarti kau bisa keluar dari
sini. Sekarang kita impas,”
lanjutnya menatap pada Nakahara yang
sejak tadi hanya terdiam.
Akashi mendekati Vallery kemudian
memberikan sesuatu yang diambil dari sakunya. Sebuah kartu. Seperti Golden card
tapi berbeda.
“Bodoh sekali, tertipu dengan trik
murahan seperti ini. Doimond card tidak pernah ada. Dikarang hanya agar Si
Ashihara itu percaya pada Akashi. Tentu saja aku yang membuka semua pintu itu,
seolah-olah Diamond card lah yang melakukannya,” Entah kepada siapa Vallery berbicara. Nakahara rasa
wanita itu pasti sudah gila. Vallery menghancurkan Diamond card hingga hancur menjadi beberapa bagian.
“Saatnya pergi. Aku akan kembali saat
bulan purnama nanti,”
kata Vallery pada Akashi.
“Bagaimana dengan Yuuki?”
“kau tidak sabar sekali. Kita urus di luar.”
Vallery dan Akashi melangkah menuju pintu
yang mulai terbuka. Setidaknya satu misteri terpecahkan. Ruangan itu bisa
dibuka dari dalam. Menggunakan menggunakan alat dengan banyak tombol. Jika
diperhatikan dengan seksama, terlihat ketiga golden card berada di dalam alat
tersebut. Seketika Nakahara berlari menuju Vallery. Akashi yang menyadarinya
berusaha untuk menghalangi gadis itu. Tapi dengan cepat Nakahara menghindar
dari serangan Akashi dan menarik Vallery hingga mereka berdua terjatuh.
Berguling-guling. Nakahara memiting leher
Vallery sedangkan Akashi berusaha menarik Nakahara. Singkatnya, Akashi akhirnya
berhasil menarik Nakahara dari Vallery dan melemparnya menjauh.
BUKK
Tubuh Nakahara terhempas ke lantai.
Vallery dan Akashi menggunakan kesempatan itu untuk segera kabur keluar dan
pintu mulai tetutup. Tidak mudah menyerah, Nakahara berlari menuju pintu.
Nakahara berusaha meraih Vallery.
Tapi sudah terlambat, pintu
justru menggencet tangan
Nakahara. Menyisakan sedikit celah dimana Nakahara bisa menatap Vallery yang
kini sudah berada di luar.
“Naka-Chan!” Teriak Aerish berlari
mendekati Nakahara yang tidak bisa bergerak karena tangannya yang terjepit.
“Ouch, itu pasti sakit sekali. Tapi maaf
aku tidak bias membantumu karena aku
punya jadwal penting yang harus dipenuhi,” kata
Vallery dingin kemudian pergi meninggalkan Nakahara. Akashi hanya melihat
Nakahara dengan pandangan menyesal kemudian pergi menyusul Vallery.
“Naka-chan, Daijoubu?” masih
dengan tangan yang terikat, Aerish berusaha menarik tangan Nakahara yang
terjepit.
“Aerish, jika ada orang lain yang terjepit, jangan tarik tangan mereka. Karena
itu akan lebih menyakitkan untuk orang normal,” Kata Nakahara datar.
“Ups, maaf,” Aerish melepaskan tangan Nakahara.
“Tidak apa, toh aku tidak begitu normal.”
Slip…
Nakahara dengan mudah menarik tangannya.
Tapi ada yang aneh. Celah kecil yang seharusnya terganjal tangan Nakahara tidak
menutup kembali. Saat Aerish melihat lebih dekat ada sebuah benda seperti
gelang yang menyangkut di sana.
“Wee, apa kau pikir aku bodoh?” kata
Nakahara menjulurkan lidahnya.
“Aku tidak akan memakai aksesoris murahan
yang tidak ada gunanya. Setidaknya dia harus tahan banting dan merupakan barang
bersejarah. Seperti gelang ini aku mengambilnya dari museum…mmbb” Aerish
membekap mulut Nakahara. Tidak ingin mendengar kelanjutan darimana barang itu
berasal.
“Gezz, kau membuat jantungku hampir
copot.” Kata Aerish lega.
“Jadi, apa sekarang kau bisa membantuku?”
tanya Aerish. Memperlihatkan lengannya yang masih terikat pada Nakahara.
Nakahara mengeluarkan handphonenya. Tidak ada sinyal. Tapi bukan itu tujuan
Nakahara.
Jepret…
“Apa yang kau lakukan?” Aerish terlihat
mulai tidak sabar, karena Nakahara hanya berdiri di depannya dan tak kunjung menolongnya.
“Mengambil foto. Jarang-jarang kan aku
bisa melihatmu terikat. Mungkin Eunhyuk juga akan senang jika aku
memperlihatkan foto ini padanya.”
“Naka-chan!”
“Ah, tunggu,” Nakahara kini berjalan mendekati Ryuko. Aerish
mengikuti dari bekalang.
Jepret…
“Kalau yang ini akan aku tunjukan pada Sasuke,” Kata Nakahara memasukan Handphone kembali ke saku
setelah sesi pemotretan selesai.
“Jadi, apa kau bisa buka ikatanku
sekarang?” celetuk Aerish.
Tali Kernmantel. Akan sedikit sulit.
“Aerish sayang, menurutmu bagaimana aku bisa
membuka ikatan dengan simpul semacam ini?” kata Nakahara santai.
“Setidaknya kita membutuhkan alat.”
Lanjut Nakahara.
“kalau begitu bisakah kau buat dirimu
berguna dan cari apapun yang bisa menolong kita untuk melepaskan ikatan ini?”
kata Aerish. Wow jika sedang terdesak sifat Aerish sangat berbeda.
“Hai, hai…ojou-sama.” Kata Nakahara mengeluarkan pisau lipat dari sakunya.
“Apa kau selalu membawa benda seperti itu
kemanapun kau pergi?”
“Iya, dan sekarang diamlah. Aku tidak
akan bertanggung jawab jika tanpa sengaja aku memotong tanganmu hanya karena
kau tidak membiarkanku melepas ikatan ini dengan tenang.” Kata Nakahara datar.
Gulp
Seperti yang diperintahkan Nakahara,
Aerish dengan tenang membiarkan temannya itu melepaskan ikatannya. Butuh waktu
yang agak lama untuk membuka tali yang kuat dan besar itu. Nakahara juga harus
ekstra hati-hati. Jangan sampai dia kebablasan memotong daging segar Aerish.
Walaupun sebenarnya dia ingin.
“Jadi bagaimana dengan Ryuko?” tanya
Aerish melihat tangan Ryuko yang terborgol. Masih tidak sadarkan diri.
“Maaf tapi aku tidak bawa kapak atau
gergaji mesin. Mungkin aku bisa membobol kuncinya, tapi aku butuh kawat atau
jarum. Seperti yang kulakukan saat aku mengambil kalung di museum…mmbbb” sekali
lagi, Aerish membekap mulut Nakahara.
“Lepaskan saja dulu kakinya.” Kata
Aerish. Seketika senyum Nakahara mengembang. Pertanda buruk.
“Mungkin sebaiknya aku saja yang
melakukannya.” Aerish mengambil pisau lipat dari tangan Nakahara.
“Carilah cara bagaimana kita bisa keluar
dari tempat ini sementara aku mengurus Ryuko.” Lanjut Aerish.
Waaa ada apa dengan Aerish-chan!!!
Nakahara berputar dari pojok ke pojok,
dari sudut ke sudut. Aerish sendiri tidak yakin Nakahara melakukan hal itu
untuk mencari jalan keluar atau hanya untuk bersenang-senang.
“Ryuko-chan,” gumam Aerish berusaha membangunkan Ryuko yang masih
tertidur pulas.
“Sudah berapa lama kita terjebak di
sini?” tanya Nakahara yang tiba-tiba sudah berbaring di samping Ryuko.
“Sekitar tiga jam. Dan dua jam lagi acara
Grand opening akan dimulai,”
Jawab Aerish pasrah.
“Mmm, jika ruang ini tertutup rapat,
seharusnya kita sudah kehabisan oksigen kan?” pertanyaan yang bodoh dari
Nakahara. Tapi ada benarnya juga.
“Sebenarnya apa yang ingin kau katakan?”
tanya Aerish bingung.
“Tidak ada. Hanya merasa beruntung ada
oksigen yang masih bisa masuk melalui celah itu, jadi kita punya cukup waktu
sampai Vallery kembali kemari.”
“Jadi maksudmu kita akan diam saja dan
menunggu Vallery kembali?” tanya Aerish.
“Yah mau bagaimana lagi? Kita bukan super
hero yang bisa menghancurkan pintu itu dengan tangan kosong. Setidaknya kita
perlu peledak, traktor atau palu, mungkin juga sendok seperti di film animasi.
Aku juga sudah meraba seluruh tembok, dan tidak ada apapun seperti tombol
otomatis atau yang lainnya. Jujur saja, jika tembok itu hidup dia pasti sudah
menamparku karena diraba-raba selama tiga jam,” Celoteh Nakahara.
“Kecuali kau punya ide bagaimana cara
membuat short sambungan antara pintu dan slot golden card di luar sana yang
mungkin saja bisa kita memalui celah hingga pintu jadi error dan bisa terbuka
sendiri lalu kita bisa keluar. Atau mungkin pintu akan rusak selamanya hingga
membuat Vallery tidak bisa masuk dan memutuskan untuk menghentikan rencananya
hingga kita akan terjebak di sini selamanya,” Lanjut Nakahara.
“Apa menurutmu Vallery cukup gila?” tanya
Aerish.
“Dia adalah orang gila kedua dipulau
ini.”
“Siapa yang pertama?”
“Yang pasti bukan aku.”
Sigh…
“Jika memang dia segila yang kau katakan.
Bukankah itu artinya dia tidak akan menyerah hanya karena pintu yang macet?”
tanya Aerish.
“Hm…” Nakahara hanya tersenyum mengerti
maksud dari temannya itu.
@@@
“ Whoaa.... aku capek!”
Nakahara langsung merebahkan tubuhnya di samping Ryuko. Tak peduli kalau Ryuko
nantinya akan jatuh karena terdorong olehnya.
“ Hei, apa yang kau lakukan?”
Aerish bingung melihat Nakahara yang sudah seenaknya sendiri tidur di altar dan
bersiap untuk memejamkan matanya.
“ Menurutmu, apa yang akan
kulakukan?” Nakahara tersenyum penuh arti pada Aerish lalu memejamkan matanya.
Dan tidur di samping Ryuko yang masih pingsan.
“ Dasar Naka-chan! Memangnya
kau saja yang mau tidur? Aku juga tahu?!” LOL... Ternyata Aerish juga
menginginkan hal yang sama seperti Nakahara. “ Mana altarnya hanya cukup untuk
kalian berdua lagi! Huh....” Aerish hanya bisa mendengus kesal dan melihat
kedua temannya tertidur pulas di atas altar. Upps... salah. Maksudnya yang
satunya pingsan dan tak bangun-bangun. Sementara yang satunya tidur sesuka
hatinya.
Sementara Nakahara dan Ryuko
sedang asyik di dunia mimpi mereka, Aerish sibuk melihat-lihat area ruangan
itu. Meski sebelumnya dia pernah terjebak di ruangan ini, tapi mungkin dengan
melihat dengan lebih teliti, dia akan
menemukan sesuatu. Entah jalan keluar atau sesuatu yang bisa dia gunakan untuk
mencari bantuan.
@@@
“ Takano, bisa kau perbesar
itu?” Makio menunjuk gambar dari CCTV no 9.
Takano ikut memperhatikan
gambar yang ditunjuk Makio lalu memperbesarnya. Dan nampaklah dengan jelas apa
yang ada di dalam gambar itu.
“ Woi, Eunhyuk! Kemarilah!”
teriak Takano membangunkan Eunhyuk dari istirahatnya di kamar Aerish. Dengan
seenaknya sendiri, dia tidur di kamar orang. Dasar Eunhyuk!
“ Berisik kau! Ada apa?!”
tanya Eunhyuk begitu sampai di belakang Takano.
“ Lihat itu! Apa kau tahu
apa maksudnya?” Takano menunjukkan gambar dari CCTV no 9 yang sudah dia
perbesar. Eunhyuk mendekatkan wajahnya lalu dengan cepat mengambil alih
laptopnya lagi dan melihat dengan teliti apa yang ada di gambar itu. Sebuah
kertas tergeletak di lantai dengan tulisan berwarna merah. Apa itu.....
Tidak! Itu bukan kertas.
Itu... sapu tangan dengan noda darah di atasnya. Tapi.... Darah siapa itu? Dan
lagi... tulisannya tidak begitu jelas. Tapi.... Eunhyuk bisa membacanya.
Itu....
to be continue...
Kenapa sakit gigiku tidak hilang-hilang!!!!!
Duh ga bisa konsentrasi klo gigi ini bikin kepala cenat-cenut.#malah curcol.