Newest Post
// Posted by :atsuko's world
// On :Wednesday, April 30, 2014
A Combination Project with Nakahara Ningsih and Lee
Diah
Title : Kioku Reunion ~ Bloody Island~
Author : Uchiha Ryuko, Nakahara Ningsih, Aerish Lee
Genre : Comedy / Adventure/Mystery
Summary : Ryuko, Nakahara, Aerish dan 4 temannya
semasa sekolah bertemu kembali dalam liburan yang tak terduga. Mereka pikir
liburan di Bloody Island akan menjadi liburan yang tenang dan mengasyikan. Tapi
yang menunggu mereka adalah liburan yang penuh dengan masalah.
Chapter 5
Ryuko POV
“Ryuko! Kau ada di dalam kan?” ujar sebuah suara sambil terus
menggedor pintu kamarku.
“Ada apa?” tanyaku kesal ketika mendapati Aerish
yang berdiri di balik pintu itu.
“Ryuko, aku punya berita bagus,” ujar Aerish
berbinar-binar. Aku hanya mengerutkan alisku, meminta Aerish memperjelas
ucapannya. Kemudian ia menceritakan
bahwa Karina akan memberikan patung-yang diduga sebagai senjata untuk melukai
Yuuki- itu dengan syarat aku bersedia menemuinya dan bersedia menjamin keamanan
hingga grand opening.
“Aerish, apa kau tidak punya cara lain untuk
mendapatkan informasi dari si Karina itu tanpa melibatkan aku?” keluhku. Secara
tertulis aku memang perwakilan dari
InterSEO, tapi aku bukanlah manusia super yang bisa menjamin keamanan di
Bloody Island sendirian. Lagipula siapa yang bilang aku ini bagian InterSEO?
Semua itu hanya asumsi!
“Aku rasa tidak ada cara lain Ryuko. Ayolah, ini
satu-satunya kesempatan untuk mendapatkan bukti itu,”
“Sigh. I have
no choice. Aku akan menemui miss Karina satu jam lagi,” ucapku pasrah.
“Sementara itu... aku ingin kau memastikan Nakahara agar tak menimbulkan
masalah,”
“Baiklah,” jawab Aerish. “Ryuko, jangan lupa segera
beritahu kami begitu kau mendapatkan bukti-“
Tanpa mempedulikan Aerish yang masih di depan pintu,
aku langsung menutup pintu itu tanpa dosa. Tidak sopan? Hah, siapa suruh kau
membangunkan demon yang sedang tertidur. Im
not a morning person, you know???!
Sebelum menuju kamar Karina, aku mampir ke kamar
Takano dan Makio untuk mengambil imitasi Golden Card yang kuminta.
“Jadi bagaimana? Kau berhasil membuat berapa?”
tanyaku sambil mengikuti Makio menyusuri kamarnya dan juga Takano yang terlihat
seperti hutan belantara.
“Well, golden card ini lebih rumit dari yang kukira.
Menurut Nakahara, kartu ini bisa digunakan untuk membuka tempat-tempat khusus
di Bloody Island. Di dalamnya banyak data2 aneh yang tak kumengerti. Mungkin,
kartu imitasi ini hanya bisa digunakan dua kali untuk membuka tempat yang hanya
bisa dibuka oleh Golden card. Dan kami berhasil membuat tiga buah,” jelas
Takano sambil memberiku tiga golden card palsu.
“Well, its
more than enough. Thanks,”jawabku singkat.
“Hei, apa yang kau rencanakan dengan kartu palsu itu?”
tanya Makio penasaran.
“Hmm, nanti kau juga tahu. Ah, sebaiknya kau
kembalikan golden card yang asli pada Nakahara. Dia akan membutuhkannya,”
ujarku singkat sambil pergi meninggalkan Takano dan Makio yang masih
kebingungan.
Aku segera berjalan menuju kamar Karina untuk
berbicara dengannya. Namun, langkahku terhenti ketika seseorang menabrakku
hingga membuat salah satu golden card palsu ku terjatuh ke tanah.
“Ah gomenasai,
Ryuko-san,” ucap seorang wanita lembut yang tak lain adalah Vallery. Sejenak ia
melirik benda berwarna emas yang baru saja terjatuh dari kantongku. Aku segera
mengambilnya dan kembali memasukkannya ke kantong.
“Its okay,
Vallery-san,” responku singkat. Aku hendak melanjutkan perjalananku menuju ke barat ruangan
Karina-san. Namun lagi-lagi langkahku terhenti oleh seseorang yang tak lain
adalah Tn Muda Miura Yuuki. Perayaan! dia sudah keluar dari rumah sakit.
“Kenapa kau memiliki golden card itu?” tanyanya
dingin.Sepertinya dia juga melihat ketika aku menjatuhkan yang palsu tadi. Ah,
mungkin dia heran kenapa aku bisa memilikinya, padahal seharusnya golden card
itu ada di tangan Nakahara. Oke, otak iblisku mengisyaratkan bahwa ini adalah
sebuah kesempatan untuk memanfaatkan Yuuki.
“Aku tahu kau memberikannya pada Nakahara. Saat ini
dia ada di suatu tempat, sebaiknya kau ikuti rencanaku atau sesuatu yang buruk
akan terjadi padanya,” bisikku pada Yuuki.
“Kau... apa yang kau rencanakan? Bukankah kau teman
Nakahara? Kenapa kau mengancamnya?” tanya Yuuki geram. Well, jika aku tak mengancammu seperti itu, kau tak akan mau
mengikuti rencanaku, Tuan Muda Yuuki. (pemikiran
jahat Ryuko terhadap Yuuki kemungkinan muncul karena Ryuko sedang kesal dengan
siapa saja yang menyandang nama ‘tuan muda’#ga penting).
“Hmm, no
special reason. Just follow my plan. Aku ingin kau mengatakan seperti yang
kuminta tadi malam,” ujarku sambil memberinya ‘evil grin’. Yuuki hanya membalasnya dengan death glare yang tak mempan bagi demon sepertiku. Dengan santai aku
melanjutkan perjalananku menuju ruangan Karina..
Sampai di ruangan Karina-san,aku disambut oleh
segelas orange juice dan sepiring cookies. Dengan malas aku meminum orange juice karena aku tidak suka cookies#ga penting. Di ruangan itu juga
sudah ada Robert dan Alaude yang berdiri di belakang Karina. Aku memandang
patung kecil yang ada di meja dengan kosong. Hm, benda ini bisa menjadi kunci
hanya saja masalahnya...
“Maaf Ashihara-san, aku tahu kau perwakilan dari
InterSEO tapi kau juga mengenal tersangka dari semua kasus ini. Ah, kau bahkan
adalah teman baik miss Nakahara,” ucap Robert tegas. “Jadi, aku tak bisa
memberikan benda ini padamu begitu saja. Bukannya aku tidak mempercayaimu,
hanya saja...”
“Aku mengerti Mr Detective. Jika kau masih meragukanku, maka permintaan miss Karina, tak
bisa kupenuhi. Untuk apa anda meminta jaminan keamanan dari orang yang tak bisa
kau percaya,kan?” ujarku santai sambil menengguk jus orange di depanku.
“Tapi..” Karina terlihat resah oleh keputusanku.
Jujur saja,untuk apa mereka meminta jaminan keamanan dariku? Oke, secara
tertulis aku mungkin perwakilan InterSEO, tapi secara individu, aku hanya
mahasiswi biasa yang sedang kuliah di jurusan Astronomi. Game maniac, anime
maniac, ice cream maniac. Menjalin hubungan tidak jelas
dengan orang aneh yang Ashihara Sasuke. Dan sekarang aku harus mengurusi hal-hal merepotkan seperti ini.
“Robert-san, kalau Miss Ashihara tidak setuju, kita
tak bisa melaksanakan grand opening. Jadi..”
BRAK! Tiba-tiba pintu dibuka tanpa ijin.
“Boochan, jangan masuk tanpa ijin,” Vallery segera
mengejar Yuuki yang memasuki ruangan miss Karina tanpa ijin.
“Maaf pak detektif, tapi Miss Karina benar. Jika
Ryuko tidak setuju, grand opening tidak bisa dilakukan karena...” Yuuki menelan
ludah untuk memberi jeda. “ Karena aku sudah memberikan golden card pada Ryuko
karena suatu alasan. Keputusan tentang grand opening itu ada di tangan Ryuko,”
lanjut Yuuki ragu.
Aku tersenyum puas mendengar pernyataan Yuuki. Great, he followed my plan >J.
Seketika seluruh orang di ruangan itu terkejut
dengan pernyataan Yuuki. Termasuk Vallery yang langsung mendekati Yuuki dan
sepertinya sangat shock dengan keputusannya.
“Bocchan! Apa maksud
ucapanmu? Kau tak bisa memberikan golden card pemberian ayahmu pada orang asing
begitu saja. Bukankah kartu itu sangat penting?” ucap Vallery.
“Memangnya kenapa? Ayahku sudah memberikan itu
padaku, jadi terserah mau kuapakan,” respon Yuuki santai. Sedangkan Vallery
masih dengan ekspresi anehnya.
“Ehem. Jadi bagaimana?” tanyaku santai. Dan
sepertinya Robert dan yang lain menyerah,kemudian ia memberikan patung itu padaku.
“Hm, untuk rapat susulan kurasa sudah tidak
diperlukan. Grand opening akan kita lakukan besok malam saja mengingat besok
adalah bulan purnama,” ujarku santai sambil bersiap pergi dari tempat itu.
“Memangnya kenapa kalau bulan purnama?” tanya Karina
heran.
“Hmm, masalah itu,” aku melirik Vallery. “ Mungkin
anda bisa menjelaskannya, Vallery san?” lanjutku santai. Jujur saja, aku malas
melanjutkan perbincangan tak berguna ini.
“Ah itu,.” Kemudian Vallery menjelaskan alasan
pengunduran jadwal grand opening, tentang legenda pulau ini, vampire, bulan purnama dan juga keuntungan yang didapatkan.
“Hmm, aku tak tahu ada legenda semacam itu.”
komentar Karina.
Huh? Kenapa pemilik saham tidak tahu tentang sejarah
pulau miliknya dan kenapa malah Vallery yang ‘ehem’ hanya seorang pelayan
keluarga Miura bisa mengetahuinya?
“Wow, pengetahuanmu tentang pulau ini lebih baik
dari yang kukira Vallery,” komentar Yuuki kagum. Tak menyangka bahwa dulunya
ada vampire di pulau ini, Ya, meskipun Cuma cerita legenda.
“Itu, saya mendengar banyak dari Tn Miura,” respon
Vallery pelan.
“Hm, sayang sekali Tn Miura tak pernah menceritakan
hal seperti ini pada kami, rekannya. Padahal hal itu bisa digunakan untuk
meningkatkan devisa pulau ini,” komentar Karina kecewa.
“Ehem, kalau tidak keberatan, bisakah salah satu
dari kalian memberitahu Mr Arystar tentang mundurnya jadwal?” ucapku memotong
pembicaraan.
“Hei, aku memberimu golden card bukan berarti kau
bisa seenaknya memerintah di sini,” respon Yuuki kesal. Yah, bagaimana lagi,
aku memang terlahir untuk memerintah orang lain (?).
“Ah, Mr Arystar biar aku saja yang memberitahunya,”
respon Karina sambil beranjak pergi dari ruangannya. “Dan terima kasih atas
kerjasamanya, Ryuko-san,” ucap Karina sebelum meninggalkan pintu.
Aku hanya mengangguk , terlalu malas untuk menjawab
ucapan terima kasihnya.
“Nah, Mr detective, aku punya sedikit hadiah agar
kau bisa percaya padaku,” ucapku sambil tersenyum misterius.
“Ada apa?” tanya Robert menyipitkan matanya, curiga. Kemudian aku mendekati kedua detektif itu
dan membisikan sesuatu pada keduanya. Mereka berdua menghela nafas kemudian
menatapku serius.
“Baiklah tunjukan pada kami,” ucap Robert.
“Baiklah. Ah, Vallery-san bisa kau ikut kami? Aku
akan membutuhkan sedikit bantuanmu,” ujarku sambil berjalan menuju pintu
diikuti oleh Robert, Alaude, Vallery dan juga..Yuuki. “Hmm, Aku tidak
menyarankanmu untuk ikut, Yuuki-kun,” ucapku sambil meliriknya tajam.
“Kau tidak bisa melarangku,” ujar Yuuki keras
kepala.
“Terserahlah,”
NORMAL
POV
Ryuko dan rombongannya masih berjalan menuju sebuah
tempat. Tiba-tiba Ryuko melihat sosok yang membuat matanya berkedut kesal.
Akashi, the stupid dog.
“Ryuko-san? Apa yang sedang kau lakukan?” tanya
Akashi, nadanya terdengar lebih tenang dari biasanya.Ia melirik satu per satu
manusia di sebelah Ryuko, tatapannya berakhir pada Yuuki yang juga sedang
menatap Akashi dengan tatapan curiga.
“Sebenarnya aku ingin mencincangmu, tapi karena ada
urusan yang lebih penting aku harus menundanya,” dengan santai Ryuko
mengabaikan Akashi dan melanjutkan perjalanannya menuju suatu tempat.
“A-aku boleh ikut, Ryuko-san?” tanya Akashi.
“Terserah,” respon Ryuko cuek.
Di tempat lain, Nakahara dan ke 5 teman anehnya
masih berkumpul di basecamp. Dan seperti biasa mereka hanya melakukan hal-hal
tak berguna dan membuat keributan.
“Hei Aerish, jadi kau berhasil membuat Karina-san
memberikan patung itu padamu?” tanya Sharie antusias, masih sambil mengunyah
kripik kentang di depannya.
“Yah entahlah,sisanya tergantung Ryuko sih,” respon
Aerish sambil tertawa.
“Hah, kau mengandalkan si Ryuko itu? Memangnya dia
itu mau repot-repot melakukan hal seperti itu?” ujar Makio yang ikutan
nimbrung.
“Sebenarnya, aku punya firasat yang tidak enak soal
Ryuko semenjak dia memintaku membuat golden card palsu itu,” Takano ikutan
curhat, eh nimbrung.
“Entahlah, kita hanya bisa percaya padanya,” respon
Aerish pasrah.
“Aku harap Ryuko segera membawa patung itu ke sini
karena aku penasaran apa ada noda darah Yuuki di sana,” respon Nakahara ga
nyambung.
BRAK!
Tiba-tiba pintu ruanganan itu terbuka membuat Aerish
cs (minus Nakahara) kaget karena
tiba-tiba melihat kedua detektif, Vallery dan beberapa orang di sana bisa menemukan tempat persembunyian
mereka.
“Ternyata benar dia ada di sini. Alaude, tangkap
dia,” perintah Robert. Dengan segera Akaude mengeluarkan borgol dan untuk
kesekian kalinya ia menangkap Nakahara.
“Ah~ mereka menemukanku,” ujar Nakahara santai
seolah ia sedang bermain petak umpet dengan para detektif ini.
"Tunggu dulu, lepaskan dia! Kenapa kalian
bisa-“ Takano hendak menarik Nakahara agar lepas dari cengkrama Alaude, namun
seseorang menghentikannya.
“Stop it
Takano, Kalau kau melawan,kau juga akan ditangkap,” ujar seseorang dingin, tak
lain dan tak bukan adalah… Ryuko.
“Hei Ryuko! Apa yang kau lakukan?” tanpa diduga Yuuki
yang hendak menarik Ryuko, namun sudah dihentikan lebih dulu oleh Akashi? Wow,
dia tidak se ‘useless’ yang Ryuko
pikirkan.
“Jangan mengganggu,” ujar Akashi dingin.
“Ryuko, apa maksudnya ini? Kenapa kau melakukan
ini?” ucap Aerish tak percaya ketika melihat Ryuko mengkhianati mereka semua.
What? ini pengkhianatan? Tapi kenapa Ryuko melakukannya?
“Sebaiknya kalian jangan melawan,” respon Ryuko
dingin sembari pergi bersama para detektif yang membawa Nakahara. Sementara
teman-temannya hanya
terpaku tak percaya.
“Vallery-san, sepertinya kau mengenal tempat ini
lebih baik dari yang kukira. Apa kau tahu satu tempat yang cocok agar dia tak
bisa lari lagi?” tanya Ryuko santai.
“Anoo gomen,
aku tahu satu tempat , tapi tempat itu hanya bisa dimasuki menggunakan golden
card,” respon Vallery pelan.
“Hmm, tak masalah, bawa aku ke tempat itu,” Respon Ryuko sambil tersenyum misterius.
Tak lama kemudian Ryuko, Nakahara, Vallery dan dua detektif itu memasuki kastil yang hanya bisa dibuka oleh
golden card. Beruntung, meski palsu Ryuko bisa menggunakan golden card itu
untuk membuka gerbang dan juga sebuah ruangan rahasia. Pas, dua kali ia
menggunakan fungsi istimewa ‘fake golden
card’.
“Dengan begini, ia tak akan bisa kabur,” ujar Robert
puas, ketika mengetahui bahwa ruangan itu hanya bisa dibuka tutup dengan golden
card. Sebelum pergi Ryuko membisikan sesuatu pada Nakahara, hingga membuat
wajahnya sedikit terkejut. What?
Nakahara terkejut.
“Hee, kau lebih kejam dari yang kukira,” respon
Nakahara sinis.
“Thanks.
Anyway, enjoy your time here,” Respon Ryuko sambil meninggalkan Nakahara.
“Fuh, tentu saja aku akan menikmati waktuku di
sini,” ucap Nakahara sambil mengeluarkan golden card dari sakunya.
@@@
Seorang gadis melewati pintu besar memasuki lobi
hotel. Salah seorang tamu yang sedang duduk bersama temannya di sudut lobi
memperhatikan gadis tersebut. Mengenakan Hotpant seakan memamerkan kakinya yang
indah, dipadukan dengan kaus tak berlengan dan topi pantai. Tas ransel kecil
menggantung sempurna di punggungnya. Tidak ada yang merasa curiga terhadap
gadis itu. Tentu saja, karena hari ini rombongan tamu spesial
pembuakaan pulau sudah mulai datang. Mungkin mereka pikir gadis berambut merah
itu adalah salah satu dari para tamu. Meskipun pembukaan pulau ditunda sampai
besok, hal itu tidak menyurutkan keinginan para tamu untuk segera menyambangi
Bloody Island.
Tok tok tok… Si rambut
merah mengetuk sebuah pintu dari salah satu kamar di hotel berharap seseorang
berada di dalam. Tak lama kemudian pintu terbuka dan seorang gadis manis muncul
dari balik pintu.
“Maaf, Anda siapa?
Ada yang bisa kubantu?” kata Aerish menatap Si
rambut merah yang menyembunyikan matanya dibalik kacamata pantai. Tanpa
berbasa-basi Si rambut merah membungkam mulut
Aerish dan mendorongnya masuk kamar kemudian menutup pintu.
“Mmpp….” Aerish sepertinya berusaha untuk berteriak.
“Ssshhhh!” Si rambut
merah meletakkan telunjuk di bibirnya sebagai tanda supaya Aerish tetap tenang.
“Ini aku,” kata Si rambut
merah menyingkirkan tangannya dari mulut Aerish. Dengan wajah yang bingung, Aerish menatap Si rambut merah dengan masih berusaha
mengatur nafasnya.
“Gezz, apa kau tidak bisa mengenaliku,” keluh Si rambut merah melepas kacamata dan rambut palsu merahnya ?
“Nakahara!” Aerish terkejut mendapati teman yang dia
fikir masih berada di kurungan (kau pikir dia ayam!) kini berdiri di
hadapannya seperti setan yang bergentayangan.
“Yah, setidaknya sekarang aku yakin bahwa
penyamaranku cukup baik untuk menipu orang,” kata Nakahara santai menuju sofa dan merebahkan
tubuhnya di sana.
“Kenapa kau bisa ada di sini? Bukankah kau dikurung
di dalam kastil,” tanya
Aerish masih saja terkejut.
“Jangan panggil aku Nakahara jika tidak bisa kabur dari jebakan murahan seperti itu. Tapi sudahlah itu tidak penting. Dan aku butuh bantuanmu sekarang,” pinta
Nakahara, wow jarang sekali Nakahara meminta bantuan orang lain.
“Bantuan apa?” Aerish kini duduk di samping
Nakahara.
“Kau harus membantuku menggagalkan Grand Opening pulau yang diadakan besok,” kata
Nakahara serius.
“Kenapa kau begitu terobsesi untuk menggagalkan Grand Opening
itu?”
“Karena Yuuki yang memintanya,” jawab Nakahara santai
“Kenapa Yuuki menginginkannya?”
“Karena ayahnya, Tn.Miura yang menginginkannya.”Alasan yang aneh.
“Ok, tapi kau tahu kan ini tidak akan mudah. Kerena
sepertinya Ryuko sudah memihak kubu yang tidak menginginkan keberadaanmu.
Sebenarnya aku tidak mengerti apa yang dipikirkan Ryuko saat membantu Robert
untuk menangkapmu.” Nakahara hanya
terdiam mendengar komentar Aerish. Mungkin dia mengetahhui sesuatu hanya saja
tidak ingin mengatakannya, atau mungkin terlalu malas.
“Kau tidak perlu khawatir tentang Ryuko. Jika dia
menghalangi kita, hadapi saja. Ryuko tidak akan bisa menghentikan kita.”
“Lalu apa rencanamu?” tanya Aerish.
“Pertama kita harus mencari keberadaan Tn. Miura,” kata
Nakahara singkat.
Apa Nakahara sudah gila? Mencari keberadaan Tn.
Miura? Bukankah itu yang berusaha mereka lakukan sejak awal? Itu sama saja
mereka harus kembali lagi ke awal.
Stiil To Be Continue...
seperti biasa Author yang satu ini tidak mau basa-basi...
Yang penting tugas sudah terlaksana ya...