Newest Post
// Posted by :atsuko's world
// On :Thursday, August 18, 2011
Manhattan, New York, tahun 1870-1880. Tiga puluh enam pria dan wanita tewas dimutilasi. Mereka dibedah dalam keadaan hidup untuk diambil cauda equina-nya (kumpulan saraf di sumsum tulang belakang). Pelakunya adalah seorang ilmuwan eksentrik, Enoch Leng, yang ingin menciptakan ramuan keabadian guna melancarkan misinya untuk memusnahkan umat manusia.
Di masa kini, tubuh ke-36 korban tersebut ditemukan di sebuah terowongan kuno abad ke-19 di bawah fondasi sebuah gedung apartemen baru. Selagi penyelidikan dilakukan, serangkaian pembunuhan baru terjadi. Tiga orang ditemukan tewas. Tulang belakang mereka dibedah. Cauda equina mereka hilang. Modus operandi dan ciri-ciri fisik pembunuh baru ini sama dengan Enoch Leng!
Agen FBI Pendergast dan arkeolog Dr. Nora Kelly terlibat aksi kejar-mengejar dengan si pembunuh. Mereka harus segera menyingkap identitas si pembunuh ini, apakah orang yang sama dengan pelaku mutilasi ratusan tahun yang lalu, sebelum banyak orang menjadi korban untuk menyempurnakan ramuan keabadiannya...
Di masa kini, tubuh ke-36 korban tersebut ditemukan di sebuah terowongan kuno abad ke-19 di bawah fondasi sebuah gedung apartemen baru. Selagi penyelidikan dilakukan, serangkaian pembunuhan baru terjadi. Tiga orang ditemukan tewas. Tulang belakang mereka dibedah. Cauda equina mereka hilang. Modus operandi dan ciri-ciri fisik pembunuh baru ini sama dengan Enoch Leng!
Agen FBI Pendergast dan arkeolog Dr. Nora Kelly terlibat aksi kejar-mengejar dengan si pembunuh. Mereka harus segera menyingkap identitas si pembunuh ini, apakah orang yang sama dengan pelaku mutilasi ratusan tahun yang lalu, sebelum banyak orang menjadi korban untuk menyempurnakan ramuan keabadiannya...
Hobgoblin adalah peri-peri kecil yang suka menculik dan bertukar tempat dengan anak-anak manusia. Seorang hobgoblin akan berubah menjadi anak manusia dan menggantikan anak yang diculik. Sementara anak yang diculik akan berubah jadi hobgoblin, dan menjadi anak kecil selamanya... kecuali bila ia bisa kembali menculik seorang anak manusia dan bertukar tempat dengannya!
***
Secara fisik, hobgoblin selamanya menjadi anak kecil. Terjebak kungkungan masa. Namun tidak demikian dengan jiwanya yang terus tumbuh dewasa. Makhluk-makhluk magis ini seperti manusia purba. Hidup di dalam hutan, banyak bergantung pada alam.
Dulu, hobgoblin atau changeling atau apa pun julukannya, dianggap nyata keberadaannya di hampir setiap budaya. Mereka tersebar di mana-mana, diam-diam masuk ke rumah-rumah, menculik dan bertukar tempat dengan anak-anak kecil. Bila nyata demikian, Anda tidak pernah bisa tahu apa anak Anda sebenarnya—darah daging Anda ataukah hobgoblin. Atau, mungkin Anda sendiri seorang hobgoblin...?
Belasan wanita hilang diculik. Berpuluh tahun kemudian mereka ditemukan dalam keadaan sangat mengenaskan—baik mati maupun hidup. Mereka dijadikan permainan, seperti tikus yang dikurung dalam labirin penyiksaan. Tiap perubahan yang terjadi pada mereka, sejak mulai diculik hingga mati, diabadikan si pelaku dengan foto. Mereka yang masih bisa bertahan hidup ditemukan tinggal tulang berbalut kulit yang telah ditumbuhi bulu-bulu putih halus—seperti layaknya binatang.
Jelas bahwa ini bukan kasus penculikan dan pembunuhan biasa. Si pelaku—yang dijuluki sebagai The Traveler—jelas sangat menikmati tiap derita yang dirasakan para korban setiap harinya selama puluhan tahun. Tiap korban dipelihara layaknya hewan percobaan untuk dinikmati rasa sakitnya. Para wanita tersebut dibiarkan hidup selama puluhan tahun hanya untuk merasakan siksaan ekstrem.
Bersama FBI, Darby McCormick—crime-scene investigator kepolisian Boston—berusaha memecahkan kasus ini dan menghentikan sepak terjang si pelaku. Sebelum ia kembali beraksi—bermain-main dengan rasa takut dan penderitaan para wanita korbannya!
Jelas bahwa ini bukan kasus penculikan dan pembunuhan biasa. Si pelaku—yang dijuluki sebagai The Traveler—jelas sangat menikmati tiap derita yang dirasakan para korban setiap harinya selama puluhan tahun. Tiap korban dipelihara layaknya hewan percobaan untuk dinikmati rasa sakitnya. Para wanita tersebut dibiarkan hidup selama puluhan tahun hanya untuk merasakan siksaan ekstrem.
Bersama FBI, Darby McCormick—crime-scene investigator kepolisian Boston—berusaha memecahkan kasus ini dan menghentikan sepak terjang si pelaku. Sebelum ia kembali beraksi—bermain-main dengan rasa takut dan penderitaan para wanita korbannya!
Seketika kota New York digemparkan oleh tiga kasus pembunuhan yang amat sadis. Ketiga korban adalah wanita. Si pelaku dijuluki The Butcher (si penjagal). Ia memotong-motong jasad para korban dengan rapi dan menyusunnya menjadi sebuah bentuk piramida yang mengerikan—mirip tumpukan lego dari daging manusia!
Kepala polisi New York, Chief Harley Renz, sadar kalau The Butcher adalah seorang penjahat genius, dan pihak kepolisian menemui jalan buntu. Renz pun memanggil kembali seorang detektif pensiunan NYPD, Frank Quinn, untuk memimpin penyelidikan kasus ini.
Bagi Quinn, kasus ini bersifat lebih pribadi setelah melihat inisial nama ketiga korban yang membentuk namanya, Q – U – I. The Butcher tampaknya ingin menyampaikan pesan khusus kepada Quinn. Kasus ini seperti menjadi ajang pembuktian siapa yang lebih unggul—seorang detektif tua berpengalaman atau pembunuh berantai yang brilian. Quinn harus segera mengungkap siapa The Butcher sebenarnya, sebelum korban-korbannya (dengan inisial N) kembali berjatuhan...
Satu per satu, sejumlah wanita cantik ditemukan tewas di kamar tidur mereka. Pembunuhan dilakukan dengan cara membekap korban dengan bantal. Setiap pembunuhan memiliki ciri yang sama: jari tengah korban hilang dimutilasi. Semua korban ternyata mantan kekasih Quinn Cortez, seorang pengacara sukses yang terkenal sebagai casanova penakluk wanita. Kecurigaan polisi langsung tertuju pada Quinn. Apalagi, ia mengaku tidak ingat apa-apa saat tiap pembunuhan terjadi.
Annabelle Vanderley, sepupu salah seorang korban, bertekad membuat si pembunuh merasakan hukuman yang setimpal. Sementara Quinn bersama pengacaranya yang juga seorang wanita cantik, Kendall Wells, berusaha membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah. Ironisnya, Quinn merasakan getaran aneh ketika berhadapan dengan Annabelle. Semakin hari ia semakin yakin kalau Annabelle adalah cinta sejati yang selama ini dicarinya. Tapi kenapa perasaan itu justru dibangkitkan oleh wanita yang notabene adalah musuhnya?
Quinn beserta kedua wanita itu berjuang mengumpulkan potongan-potongan teka-teki guna mengungkap kebenaran. Sebelum si pembunuh beraksi kembali, sebelum Quinn kembali kehilangan para wanita yang pernah singgah di kehidupannya.
Seorang pembunuh genius,
aroma perawan,
dan parfum terbaik...
Pembunuhan berantai yang misterius. Dua puluh lima gadis perawan tewas mengenaskan. Pakaian beserta rambut dan kulit kepala mereka hilang. Tubuh mereka benar-benar layu, seolah tak pernah hidup sebelumnya. Seakan seluruh daya hidup yang pernah ada telah terisap tak bersisa. Semua pembunuhan identik. Dilakukan dengan amat rapi dan terencana. Masterpiece seorang seniman genius.
Jean-Baptiste Grenouille lahir tanpa bau tubuh namun memiliki indra penciuman yang luar biasa. Ia mampu memilah-milah seluruh bau yang ada. Dari seorang ahli parfum ternama, ia mewarisi seni meramu berbagai minyak dan tumbuhan. Namun kegeniusan Grenouille melampaui itu semua. Setelah “menangkap” aroma seorang perawan cantik, ia terobsesi untuk menciptakan ‘parfum terbaik’ beraroma perawan!
Empat orang gadis muda ditemukan tewas mengenaskan dengan rosario di tangan dan tanda salib di dahi mereka. Leher mereka patah, dengan tangan dimur dalam posisi berdoa. Dan mereka bukanlah yang terakhir...
***
Menjelang Paskah, kota Philadelphia digemparkan oleh pembunuhan berantai. Korbannya adalah para siswi sekolah Katolik. Pembunuhan dilakukan dengan cara yang amat keji namun terpola rapi layaknya ritual. Diketahui bahwa para korban disuntik suatu cairan yang melumpuhkan namun tidak menghilangkan kesadaran—dengan kata lain, mereka merasakan kesakitan yang sangat saat si pembunuh melakukan aksinya!
Jelas bahwa si pembunuh ingin menyampaikan pesan melalui ritual pembunuhannya. Situasi semakin membingungkan ketika si pembunuh juga mengincar korban laki-laki. Pesan semakin kabur, sementara Detektif Kevin Byrne dan Jessica Balzano harus berpacu dengan waktu sebelum korban-korban berikutnya berjatuhan kembali.
Teror itu datang lagi. Kali ini ia menamakan diri: The Hunter. Para wanita itu adalah mangsanya. The Hunter melepaskan mereka bak hewan buruan, membiarkan mereka berlari, bersembunyi untuk menyelamatkan diri. Tapi ketika ia sudah bosan bermain, mereka akan diburu hingga tewas, dan kepala mereka akan dikuliti sebagai mahkota kemenangan baginya.
Nicole Baxter, seorang agen FBI, dan Griffin Powell, detektif swasta terkenal, adalah dua orang musuh bebuyutan. Namun, mereka “terjebak” bersama karena mesti menuntaskan kasus ini. Kobaran benci di antara mereka akhirnya berujung pada hal yang tak pernah mereka duga. Saat masa lalu mereka masing-masing mulai terkuak, mereka pun harus mengakui kalau daya tarik yang kuat di antara mereka berdua sudah tak dapat terbantahkan lagi…
www.dastanbooks.com
Kepala polisi New York, Chief Harley Renz, sadar kalau The Butcher adalah seorang penjahat genius, dan pihak kepolisian menemui jalan buntu. Renz pun memanggil kembali seorang detektif pensiunan NYPD, Frank Quinn, untuk memimpin penyelidikan kasus ini.
Bagi Quinn, kasus ini bersifat lebih pribadi setelah melihat inisial nama ketiga korban yang membentuk namanya, Q – U – I. The Butcher tampaknya ingin menyampaikan pesan khusus kepada Quinn. Kasus ini seperti menjadi ajang pembuktian siapa yang lebih unggul—seorang detektif tua berpengalaman atau pembunuh berantai yang brilian. Quinn harus segera mengungkap siapa The Butcher sebenarnya, sebelum korban-korbannya (dengan inisial N) kembali berjatuhan...
Satu per satu, sejumlah wanita cantik ditemukan tewas di kamar tidur mereka. Pembunuhan dilakukan dengan cara membekap korban dengan bantal. Setiap pembunuhan memiliki ciri yang sama: jari tengah korban hilang dimutilasi. Semua korban ternyata mantan kekasih Quinn Cortez, seorang pengacara sukses yang terkenal sebagai casanova penakluk wanita. Kecurigaan polisi langsung tertuju pada Quinn. Apalagi, ia mengaku tidak ingat apa-apa saat tiap pembunuhan terjadi.
Annabelle Vanderley, sepupu salah seorang korban, bertekad membuat si pembunuh merasakan hukuman yang setimpal. Sementara Quinn bersama pengacaranya yang juga seorang wanita cantik, Kendall Wells, berusaha membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah. Ironisnya, Quinn merasakan getaran aneh ketika berhadapan dengan Annabelle. Semakin hari ia semakin yakin kalau Annabelle adalah cinta sejati yang selama ini dicarinya. Tapi kenapa perasaan itu justru dibangkitkan oleh wanita yang notabene adalah musuhnya?
Quinn beserta kedua wanita itu berjuang mengumpulkan potongan-potongan teka-teki guna mengungkap kebenaran. Sebelum si pembunuh beraksi kembali, sebelum Quinn kembali kehilangan para wanita yang pernah singgah di kehidupannya.
Seorang pembunuh genius,
aroma perawan,
dan parfum terbaik...
Pembunuhan berantai yang misterius. Dua puluh lima gadis perawan tewas mengenaskan. Pakaian beserta rambut dan kulit kepala mereka hilang. Tubuh mereka benar-benar layu, seolah tak pernah hidup sebelumnya. Seakan seluruh daya hidup yang pernah ada telah terisap tak bersisa. Semua pembunuhan identik. Dilakukan dengan amat rapi dan terencana. Masterpiece seorang seniman genius.
Jean-Baptiste Grenouille lahir tanpa bau tubuh namun memiliki indra penciuman yang luar biasa. Ia mampu memilah-milah seluruh bau yang ada. Dari seorang ahli parfum ternama, ia mewarisi seni meramu berbagai minyak dan tumbuhan. Namun kegeniusan Grenouille melampaui itu semua. Setelah “menangkap” aroma seorang perawan cantik, ia terobsesi untuk menciptakan ‘parfum terbaik’ beraroma perawan!
Empat orang gadis muda ditemukan tewas mengenaskan dengan rosario di tangan dan tanda salib di dahi mereka. Leher mereka patah, dengan tangan dimur dalam posisi berdoa. Dan mereka bukanlah yang terakhir...
***
Menjelang Paskah, kota Philadelphia digemparkan oleh pembunuhan berantai. Korbannya adalah para siswi sekolah Katolik. Pembunuhan dilakukan dengan cara yang amat keji namun terpola rapi layaknya ritual. Diketahui bahwa para korban disuntik suatu cairan yang melumpuhkan namun tidak menghilangkan kesadaran—dengan kata lain, mereka merasakan kesakitan yang sangat saat si pembunuh melakukan aksinya!
Jelas bahwa si pembunuh ingin menyampaikan pesan melalui ritual pembunuhannya. Situasi semakin membingungkan ketika si pembunuh juga mengincar korban laki-laki. Pesan semakin kabur, sementara Detektif Kevin Byrne dan Jessica Balzano harus berpacu dengan waktu sebelum korban-korban berikutnya berjatuhan kembali.
Teror itu datang lagi. Kali ini ia menamakan diri: The Hunter. Para wanita itu adalah mangsanya. The Hunter melepaskan mereka bak hewan buruan, membiarkan mereka berlari, bersembunyi untuk menyelamatkan diri. Tapi ketika ia sudah bosan bermain, mereka akan diburu hingga tewas, dan kepala mereka akan dikuliti sebagai mahkota kemenangan baginya.
Nicole Baxter, seorang agen FBI, dan Griffin Powell, detektif swasta terkenal, adalah dua orang musuh bebuyutan. Namun, mereka “terjebak” bersama karena mesti menuntaskan kasus ini. Kobaran benci di antara mereka akhirnya berujung pada hal yang tak pernah mereka duga. Saat masa lalu mereka masing-masing mulai terkuak, mereka pun harus mengakui kalau daya tarik yang kuat di antara mereka berdua sudah tak dapat terbantahkan lagi…
www.dastanbooks.com